Hitam Putih

Hitam Putih adalah analogi perbedaan, sebagian hitam yang lainnya putih, bukan sebagai legal dan ilegeal. Dapatkah hitam dan putih harmonis? Dengan perbedaan terjadi harmonisasi, dalam perbedaan ada kesatuan, meski berbeda tetapi indah dipandang.

Indonesia dengan segala keragaman, dengan segala perbedaan terpatri dalam semboyan "Bhineka Tunggal Ika" meski berbeda-beda akan tetapi tetap satu jua. Bagaimana dengan peristiwa- peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini? Peristiwa yang terjadi di antara dua masyarakat yang berbeda? Padahal mereka berada dalam satu persamaan, Indonesia.

Hitam putih tuts piano memberikan inspirasi bahwa perbedaan dapat menciptakan harmonisasi nada yang indah. Hitam putih corak catur memberikan gambaran bahwa perbedaan akan menjadi strategi. Hitam putih bendera start memvisualisasikan seorang juara memulai balapan dan mencapai garis finish, sebuah perjuangan untuk kemenangan.

Jadi mengapa perbedaan masih menjadi pemicu kerusuhan? Mengapa perbedaan masih menjadi biang keributan? Mengapa perbedaan masih menjadi sumber bencana kemanusiaan?

Tuts piano, corak catur atau hitam putih lainnya adalah perbedaan yang dapat seiring.
 

Definisi Kepala



Kepala manusia adalah bagian tubuh di atas leher, menempati posisi paling atas. Di dalamnya terdapat otak, pusat jaringan syaraf dan beberapa pusat indera. Oleh karenanya kepala merupakan pusat jaringan tubuh yang di dalamnya terdapat otak yang dapat memerintah anggota tubuh lainnya.

Demikian pula dalam organisasi, kepala merupakan top manajemen, puncak dari jenjang hirarki; pemimpin, orang yang menakhodai organisasi, mengajak, memotivasi, memberi contoh kepada orang yang dipimpinnya. Tut Wuri Handayani.

Dengan tanggung jawab yang besar, seorang kepala tentu saja mendapatkan hak yang besar pula bila dibandingkan dengan yang lainnya. Itulah sebabnya banyak orang yang menghendaki menduduki jabatan sebagai seorang kepala.

Ada pula diantaranya menggunakan segala cara untuk dapat menjadi kepala, bukan dengan cara biasa, melainkan cara yang tidak biasa. Menaiki tangga untuk dapat sampai ke puncak pastilah melewati satu demi satu anak tangga.

Namun tidak sedikit yang menginginkan menjadi kepala hanya bertujuan mendapatkan haknya yang besar, bukan hendak mengambil alih tanggung jawabnya yang besar pula. Mungkin saking enaknya jadi kepala banyak orang yang berfilsafat : "Lebih baik menjadi kepala ikan Teri daripada menjadi ekor ikan Hiu".

Sebaiknya kepala seperti fitrahnya; pusat otak,jaringan syaraf dan pusat indera sehingga organ tubuh lainnya dapat bergerak dinamis, terencana, terarah, teratur dan pada akhirnya mencapai tujuan bersama.
 

Sepatu 'Made in' Panawangan



Ketika Menteri perindustrian Fahmi Idris saat itu mempublikasikan bahwa setiap PNS wajib menggunakan sepatu produk dalam negeri. Ada secercah harapan dari para produsen sepatu dalam negeri, bahwa produknya akan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, meski disertai pertanyaan saat itu,
Mengapa baru sekarang? Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, barangkali masih menjadi pernyataan yang bijak untuk sesuatu yang terlambat dilakukan. Ada hikmah di setiap krisis yang terjadi. Ada solusi di setiap kesulitan.

Terlambat memang, tetapi selalu ada harapan jika kebijakan itu benar-benar dilaksanakan oleh siapapun, tidak sekedar memberikan harapan hampa, alias omdo, apalagi saat itu home industry sepatu sedang colaps dihantam kenaikan harga bahan baku dan krisis financial global.

Cintailah produk dalam negeri barangkali bukan lagi sebatas slogan yang hanya terdengar di saat krisis moneter, krisis financial atau krisis lainnya, jika masyarakat Indonesia memiliki kesadaran menggunakan produk dalam negeri.

Ada hal positif jika pemakaian sepatu produk lokal menjadi kebiasaan. Tetapi tentu saja para perajin sepatu juga harus tahu diri, produk mereka harus memiliki daya saing, alias jangan asal-asalan, shingga membeli produk lokal bukan karena keterpaksaan.

Sepatu Cibaduyut namanya sudah lumayan terkenal, sepatu Tasikmalaya juga sering disebut-sebut. Sepatu 'made in' Panawangan? Bisa jadi sebagian orang ada yang mengernyitkan kening mendengarnya. Memang selama ini masyarakat luas mengenal Panawangan sebatas zaman keemasan cengkeh, opak, serta kupat atau cerita heroik penyelamatan Panji Siliwangi yang menjadi bagian dari sejarah "Long March" Siliwangi nan legendaris.

Meski belum dapat dibandingkan dengan daerah lain dari sisi volume produksi dan jumlah perajin, namun bagi PNS di Ciamis utara, khususnya Panawangan, Kawali, Lumbung dan sekitarnya banyak yang memanfaatkan sepatu produk lokal tersebut.

Adalah Indra, warga Desa Indragiri yang merintis usaha ini. Dengan dibantu oleh ayahnya sendiri sebagai 'sales' waktu itu, sepatu dengan merek namanya sendiri dipasarkan dari pintu ke pintu yang umumnya ke perkantoran milik pemerintah. Ditengah kelesuan produksi sepatu yang disebabkan mahalnya bahan baku, modal terbatas serta pemasaran yang tersisihkan produk luar, sepatu "Indra" terus bertahan dengan manajemen seadanya.

Sesungguhnya sepatu 'made in' Panawangan diminati masyarakat sekitarnya karena harganya yang ekonomis telah digunakan jauh sebelum ide pemakaian produk dalam negeri didengungkan.
Mewajibkan pemakaian produk lokal meski kedengarannya agak mustahil, menuntut kesadaran konsumen untuk mencintai produk lokal, dan produsen berkreasi untuk meningkatkan daya saing agar 'gap' yang ada dengan produk luar tidak terlalu 'lebar'.

Perlunya perhatian dan dorongan dari semua elemen lokal bagi pembuat sepatu lokal dapat berupa bantuan permodalan, pelatihan manajemen usaha dan sambutan konsumen itu sendiri akan menjadikan sepatu buatan lokal menjadi produk pilihan.

Dorongan perbankan secara nyata  berupa pinjaman modal dengan jaminan yang berupa alat produksi akan memperkuat struktur permodalan. Jika selama ini perbankan lebih menyukai kredit konsuktif bagi nasabahnya karena rendah resiko, maka kini saatnya untuk memperhatikan kredit produktif yang akan dapat menggerakan sektor riil.

Tanpa dorongan yang cukup dari pihak perbankan, industri lokal atau home industry tetap akan kesulitan untuk berkembang, dan akhirnya hanya bisa berjalan di tempat, atau secara perlahan mati digilas produk luar atau produk lisensi atau pemodal besar. 

Moga sepatu 'made in' Panawangan masih ada dan bertahan.

 

Ruang Ide


Mengapresiasi ide atau gagasan, bagi saya tidak selalu dengan menempatkan ukuran yang berlebih, baik dengan sikap maupun materi sebagai bentuk penghargaan.

Maka ketika ada orang yang berkata kepada saya : "Cik aya ide?" dengan kalimat itu saja saya merasa orang tersebut telah memberikan kepercayaan, bahwa di kepala saya tersedia ide atau gagasan untuk dikeluarkan dari dalam pikiran saya dan segera mengisinya kembali dengan ide baru.
jikapun tidak ada yang meminta, saya tumpahkan ke dalam tulisan dengan harapan di kepala saya ada ruang baru dan segera mengisinya dengan hal baru pula.betapapun ide tersebut 'luar biasa' (bukan spektakuler melainkan, tidak biasa, pen.). Karenanya mungkin pula orang menilai bahwa apa yang saya pikirkan adalah sesuatu yang tidak berguna.

Ide atau gagasan bisa muncul kapan, di mana dan kepada siapa saja (maaf bukan iklan produk minuman bersoda) namun kadangkala ide tersebut lewat begitu saja tanpa terdokumentasikan apalagi menindaklanjutinya. Sesuatu hal yang terlalu biasa untuk masyarakat kita, kurang peduli dan hampir tak acuh untuk mengapresiasi ide dirinya sendiri terlebih ide orang lain. Apalagi terhadap 'ide nyleneh' dianggap sesuatu yang 'menyimpang' dari kebiasaan dan menganggapnya sesuatu yang mustahil.

Orang pun selalu menilai 'siapa' yang mengemukakan ide tersebut dan bukan 'apa' ide tersebut. Sangat terbatas orang yang dapat menghargai dengan tulus ide orang lain., untuk tidak meyebutnya langka, setidaknya dari yang sering saya alami.

Luar biasa tidak selalu berarti spektakuler tetapi lebih kepada arti sesungguhnya yakni di luar kebiasaan atau bahkan sesuatu yang tidak biasa. Pandangan ini sering melatar belakangi orang untuk menghargai sebuah ide atau gagasan. Orang selalu memandang bahwa ide luar biasa adalah sesuatu yang spektakuler, mencengangkan dan dapat mempengaruhi kehidupan dunia seperti ide yang dikemukakan Einstein, Edison atau ilmuwan dunia lainnya. Untuk yang seperti itulah orang menghargainya.

Dan sebaliknya, ketika rekan saya memotong tambang plastik dengan benang, saya menganggapnya luar biasa, karena biasanya orang memotong tambang plastik dengan pisau atau benda tajam lainya, atau dengan nyala api dari gasolin. Maka saya menyebutnya tindakan cerdas karena pada saat itu memang tidak tersedia alat pemotong, akan tetapi hasil potongannya lebih baik daripada dipotong dengan pisau sekalipun (boleh dicoba).

Teman saya yang lain dapat memfungsikan pengungkit handlift hanya dengan mengganti pernya bukan dengan per aslinya melainkan dengan per bolpoin jadul. teman saya yang lainnya lagi mengganti sambungan belt conveyor dengan tambang plastik dan berfungsi normal dalam jangka waktu yang lama.
Menurut saya, tindakan teman saya bermula dari ide 'luar biasa' yang pasti orang lain menganggapnya sebagai sesuatu yang 'norak', tidak efisien, dan bukan sesuatu yang patut dihargai, karena ide tersebut bukan diperoleh dari bangku sekolahan melainkan pengalaman dalam situasi darurat dan mereka mampu melakukannya dengan baik.

Alhamdulillah saya memiliki teman yang penuh ide dalam hidupnya, sehingga mereka dapat eksis dalam situasi apapun.
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ruang Ide - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger