Beras

Beras

Beras, bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia memiliki nilai strategis dan nilai politis. Ketersediaannya dalam stock yang 'aman' seakan menjadi legitimasi kepemimpinan di negara ini.Komoditas yang menjadi andalan petani di beberapa wilayah Indonesia ini harganya sering "dipermainkan" bukan hanya oleh mekanisme pasar, tapi juga situasi "politik". Maka padi bukan hanya komoditas pertanian, melainkan juga komoditas politik.

Musim kemarau yang berkepanjangan atau banjir yang merendam sawah-sawah seringkali menjadi penyebab kegagalan panen dan menjadi pemicu naiknya harga beras.
Ketika ada rencana impor, maka yang muncul di permukaan adalah pelaksana impor ambil untung, petani padi dirugikan, sementara masyarakat yang mengkonsumsi nasi harus menghadapi mahalnya harga beras di pasaran. Dalam situasi seperti ini beras sering dibawa ke wilayah politik.

Benar, petani yang mengalami surplus panen di satu wilayah harus dilindungi agar hasil panennya mendapat harga yang layak, Badan yang berkompeten menampung hasil komoditas ini harus dapat menyerap hasil panen petani, di sisi lain mekanisme pasar akan berjalan dengan sendirinya. Mekanisme impor sebagai salah satu upaya menjaga ketersediaan beras dan menjaga kestabilan harga jangan dipandang sebagai penyebab meruginya petani, sebab sebagian besar mesyarakat yang mengkonsumsi nasi tidak memiliki lahan padi, artinya kebutuhannya juga harus dipenuhi.

Jadi, biarkanlah beras sebagai komoditas pertanian, dan jangan dibawa-bawa ke wilayah politik, apalagi menjadikannya sebagai komoditas politik.



 

Bahasa Cinta

Bahasa Cinta

Cinta
diam.angsa liar yang terbang
melintasi tanah gersang.
pohon-pohon tua yang tumbang, suara retak.
hujan tajam asin, bertaburan.

Begitulah seorang penyair cina menulis. Cinta memang selalu menarik untuk dibincangkan. Tentunya telah banyak dituangkan dalam cerpen, novel, sandiwara radio, lagu dan film. Cinta telah ada sejak manusia tercipta.

Cinta adalah perasaan, bukan dari mata seperti dalam ungkapan "dari mata turun ke hati" faktanya orang (maaf) tuna netra pun jatuh cinta bukan dari mata. Cinta tidak selalu "berwujud" perasaan seorang lelaki dewasa terhadap perempuan dewasa. Seorang anak kecil memiliki cinta terhadap mama papanya. Warga negara mencintai negaranya.

Tak sedikit pula orang yang mengatasnamakan cinta. Ada sekumpulan orang (oknum) mengatasnamakan pecinta lingkungan, sementara kerjanya mencorat-coret dengan pisau di kulit pohon, membuat goresan di batu dan ulah lainnya yang kontra produktif dengan pecinta lingkungan.
Ada manusia menenggak racun serangga dengan mengatasnamakan cintanya yang bertepuk sebelah tangan.
Ada pula sepasang remaja atas nama cinta berbuat nista sampai si cewek berbadan dua hingga di drop out dari sekolahnya.
Entahlah. Cinta dalam ilustrasi di atas hanya sebuah barang abstrak yang mudah diutak-atik maknanya. Cinta bukan lagi nilai yang luhur sebagai anugerah Tuhan.

Mengungkapkan rasa cinta beragam cara orang menyampaikannya. Bahasa cinta tidak sekedar kata-kata. Bunga, kado, hadiah, surat, telepon dapat menjadi media bahasa cinta. Ada pula yang diekspresikan langsung seperti dalam reality show di beberapa tv swasta.

Bahasa cinta hanya dapat difahami oleh orang yang memang menghargainya.

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ruang Ide - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger